Sahabat
Izinkan ku menyusun kepingan tanggal
yang ditutup distorsi sejarah Islam di negeri ini..
kepingan-kepingan ini adalah bukti Cinta
antara sesama Muslim
antara Hasan Al Banna dan ikhwan Mesir
yang menganggap Indonesia pun
bagian dari Tanah Air Umat Islam.......
17 AGUSTUS 1945 DI WAKTU DHUHA PADA RAMADHAN YANG BAROKAH.....
Dunia Gempar.....
Negeri Muslim terbesar di dunia, mendeklarasikan dirinya MERDEKA.....
dan dari Bandung, dari Stasiun Radio yang dijaga tentara Penjajah
Jepang, berita kemerdekaan Indonesia, menyebar ke seluruh dunia.....
MESIR, AWAL SEPTEMBER 1945
Mansur Abu Makarim, seorang informan Indonesia yang bekerja di Kedutaan
Belanda di Kairo, membaca berita kemerdekaan Indonesia dalam suatu
artikel di majalah Vrij Nederland. Bagai angin berhembus, berita ini
dengan cepat menyebar ke Dunia Islam.
Koran dan radio Mesir
memuat berita kemerdekaan RI dengan gegap gempita. Para penyiar dengan
penuh semangat mengatakan bahwa inilah awal kebangkitan Dunia Islam
melawan penjajahan Barat.
Di Mesir saat itu, seorang Arab hanya
dihargai sepuluh pound Mesir jika dibunuh atau dilindas kendaraan
militer Sekutu tanpa hak mengadu atau menggugat. Sebab itu, proklamasi
kemerdekaan sebuah negeri Muslim terbesar di dunia ini disambut dengan
luapan kebahagiaan.
Di sejumlah kota, Al-Ikhwan Al-Muslimun
segera menggelar munashoroh besar-besaran mendukung penuh kemerdekaan
Indonesia. Ini dijadikannya momentum momentum yang bagus untuk
memerdekakan Mesir dari Inggris.
16 OKTOBER 1945, TERBENTUKNYA LAJNATUD DIFA'I'IAN INDONESIA, DI MESIR
sejumlah ulama di Mesir dan Dunia Arab dengan inisiatif sendiri
membentuk “Lajnatud Difa’i’an Indonesia” (Panitia Pembela Indonesia).
Badan ini dideklarasikan pada 16 Oktober 1945 di Gedung Pusat
Perhimpunan Pemuda Islam dengan Jendral Saleh Harb Pasya sebagai
pimpinan pertemuan.
Hadir dalam acara itu antara lain Syaikh
Hasan Al Banna dan Prof. Taufiq Syawi dari Al-Ikhwan Al-Muslimun,
Pemimpin Palestina Muhammad Ali Taher, dan Sekjen Liga Arab Dr.
Salahuddin Pasya.
Mereka semua adalah anggota Panitian Pembela Indonesia, yang di bentuk di Mesir, termasuk di dalamnya Hasan Al Banna..
25 OKTOBER 1945 KELUARNYA FATWA JIHAD PARA ULAMA NU, DI INDONESIA
Pada 25 Oktober 1945, sejumlah ulama NU pimpinan KH. Wahid Hasyim
bertemu dan mengeluarkan fatwa jihad fii sabilillah melawan penjajah.
Fatwa ini bergema ke seluruh nusantara dan disambut dengan gegap
gempita.
Fatwa jihad inilah yang melatarbelakangi pertempuran
10 November 1945 di Surabaya (hingga kini 10 November diperingati
sebagai hari Pahlawan di Indonesia, ). Untuk memompakan keberanian
rakyat Surabaya, Bung Tomo lewat corong radio perlawanan - cikal bakal
RRI - terus menerus mengingatkan para mujahid bahwa gerbang surga telah
terbuka luas bagi mereka yang syahid.
Hanya semangat jihad dan
keridhaan Allah SWT yang mampu membuat ribuan rakyat Surabaya berani
melawan pasukan Sekutu bersenjata lengkap.
Kedahsyatan
pertempuran Surabaya bergema hingga ke Dunia Arab. Keberanian umat Islam
Surabaya mengobarkan jihad melawan pasukan Sekutu yang habis mabuk
kemenangan dalam Perang Dunia II, ditambah tewasnya satu Jenderal Sekutu
- Malaby - di Surabaya, dirasakan oleh kaum Muslimin Timur Tengah
sebagai bagian dari kemenangan Islam atas kaum kafir. Upaya perlawanan
terhadap Inggris di Mesir pun kian membuncah.
Di berbagai
lapangan dan Masjid di Kairo, Mekkah, Baghdad, dan negeri-negeri Timur
Tengah, dengan serentak umat Islam mendirikan sholat ghaib untuk arwah
para syuhada di Surabaya.
25 JANUARI 1946, BERITA UTAMA MAJALAH TIME
“Kebangkitan Islam di negeri Muslim terbesar di dunia seperti di
Indonesia akan menginspirasikan negeri-negeri Islam lainnya untuk
membebaskan diri dari Eropa.”
22 MARET 1946 MESIR NEGARA PERTAMA YANG MENGAKUI KEMERDEKAAN INDONESIA
Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI, juga atas desakan
dan lobi yang dilakukan para pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun, membuat
pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada
22 Maret 1946.
Inilah pertama kalinya suatu negara asing
mengakui kedaulatan RI secara resmi. Dalam kacamata hukum internasional,
lengkaplah sudah syarat Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat.
Bukan itu saja, secara resmi pemerintah Mesir juga memberikan bantuan
lunak kepada pemerintah RI. Sikap Mesir ini memicu tindakan serupa dari
negara-negara Timur Tengah.
Untuk menghaturkan rasa terima
kasih, pemerintah Soekarno mengirim delegasi resmi ke Mesir pada tanggal
7 April 1946. Ini adalah delegasi pemerintah RI pertama yang ke luar
negeri. Mesir adalah negara pertama yang disinggahi delegasi tersebut.
Tanggal 26 April 1946 delegasi pemerintah RI kembali tiba di Kairo.
Beda dengan kedatangan pertama yang berjalan singkat, yang kedua ini
lebih intens. Di Hotel Heliopolis Palace, Kairo, sejumlah pejabat tinggi
Mesir dan Dunia Arab mendatangi delegasi RI untuk menyampaikan rasa
simpati. Selain pejabat negara, sejumlah pemimpin partai dan organisasi
juga hadir. Termasuk pemimpin Al-Ikhwan Al-Muslimun Hasan al Banna dan
sejumlah tokoh Ikhwan dengan diiringi puluhan pengikutnya.
Setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia, diikuti serius oleh
setiap Muslim baik di Mesir maupun di Timur Tengah pada umumnya. Para
mahasiswa Indonesia yang saat itu tengah berjuang di Mesir dengan jalan
diplomasi revolusi, senantiasa menjaga kontak dengan Ikhwan.
21 JULI 1947 IKHWAN MEMBOIKOT KAPAL BELANDA
Ketika Belanda melancarkan agresi Militer I (21 Juli 1947) atas
Indonesia, para mahasiswa Indonesia di Mesir dan aktivis Ikhwan
menggalang aksi pemboikotan terhadap kapal-kapal Belanda yang memasuki
selat Suez.
Walau Mesir terikat perjanjian 1888 yang memberi
kebebasan bagi siapa saja untuk bisa lewat terusan Suez, namun
keberanian para buruh Ikhwan yang menguasai Suez dan Port Said berhasil
memboikot kapal-kapal Belanda.
9 AGUSTUS 1947 MENGHADANG LAJU VOLENDAM
Pada tanggal 9 Agustus 1947, rombongan kapal Belanda yang dipimpin
kapal kapal Volendam tiba di Port Said. Ribuan aktivis Ikhwan yang
kebanyakan terdiri dari para buruh pelabuhan, telah berkumpul di
pelabuhan utara kota Ismailiyah itu.
Puluhan motor boat dan
motor kecil sengaja berkeliaran di permukaan air guna menghalangi
motor-boat motor-boat kepunyaan perusahaan-perusahaan asing yang ingin
menyuplai air minum dan makanan kepada kapal Belanda itu.
Motor-boat para ikhwan tersebut sengaja dipasangi bendera merah putih.
Dukungan Ikhwan terhadap kemerdekaan Indonesia bukan sebatas dukungan
formalitas, tapi dukungan yang didasari kesamaan iman dan Islam.
Sahabat
Inilah Jaringan Iman dengan saudara-saudara kita di Mesir para aktivis Ikhwanul Muslimin.
dan gumpalan ukhuwah ini semakin membesar, ketika buah Cinta Sang Da'i, sekarang bertebaran di nusantara,......
Menjadi Halaqoh...
Menjadi Usrah.....
Bergerak
Mengejewantah dalam Partisipasi Membangun Negeri
Mengembalikan Peradaban Islami
Sahabat
Lihatlah namamu, dalam barisan itu...
sesungguhnya kerja-kerja dakwah ini tak akan berhenti
hingga jasad melepaskan nyawa....
Ya Rabbana...segala puji bagiMu
yang telah mengenalkan aku dengan komunitas ini
jadikan
AKU BAGIAN DARINYA
karena cintaku padaMu
dan juga RasulMu
dan kumpulkan kami
dalam barisan pembela agama Mu.....!!
amin
Jumat, 07 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar