Sabtu, 08 Oktober 2011

Bekerja Untuk Indonesia

Kita sedang meletakkan pondasi kokoh untuk bangunan besar yang merupakan mega proyek dakwah. Peletakan dasar pondasi setiap bangunan adalah tahapan paling krusial dan sulit dalam proses pembangunan sebuah bangunan. Sedangkan bangunan yang hendak dibangun itu adalah daulah islamiyah, khilafah islamiyah. Tetapi kita tidak menginginkan daulah atau khilafah yang sekedar simbol tanpa substansi. Juga bukan daulah atau khilafah rapuh yang sekali berdiri kemudian dengan mudah dirobohkan kembali, diporakporandakan musuh-musuh Islam.

Daulah dan khilafah itu haruslah islamiyah, dengan segala makna yang ada pada kata Islam. Itu berarti sebuah tata dunia baru yang rahmatan lil 'alamin. Itu berarti peradaban yang kuat untuk mempertahankan eksistensinya dari segala upaya destruktif yang hendak menghancurkannya. Karenanya, ia harus dibangun dari individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintahan yang sehat, kokoh dan tangguh.

Berangkat dari pemikiran inilah, maka qudwah (teladan) di jalan dakwah menjadi sangat urgen. Untuk peletakan pondasi itu kita membutuhkan individu muslim teladan, rumah tangga muslim teladan dan masyarakat muslim teladan sehingga pemerintahan Islam teladan berdiri tegak di atas pondasi yang kokoh, kemudian meluas di level seluruh umat Islam. Setelah itu, berdirilah pemerintahan-pemerintahan Islam yang bersedia masuk dalam perdamaian dengan pemerintahan Islam lain seperti dirinya dalam rangka membentuk Daulah Islamiyah.

Syaikh Musthafa Masyhur juga menjelaskan berbagai profesi agar menjadi teladan. Diantaranya adalah guru/dosen muslim teladan, wartawan muslim teladan, penulis muslim teladan, dokter muslim teladan, praktisi hukum muslim teladan, pedagang teladan, dan karyawan teladan.

Sebelum menjelaskan karakter-karakter teladan pada tiap subyek di atas, Syaikh Musthafa Masyhur mengawali dalam bukunya dengan "teori keteladanan." Bahwa manusia yang diberi nikmat indra dan akal oleh Allah SWT bisa mendapatkan petunjuk dan keteladanan. Dan, umunya setiap dakwah dan seruan akan lebih efektif ketika ada keteladanan aplikatif. (qudwah amaliyah).

Teori lain yang ditulis di awal itu adalah kebiasaan orang lemah meniru orang kuat. Teori ini sejalan dengan teorinya Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah. Sepeti anak kecil yang meniru orang dewasa, demikianlah orang yang lemah pendirian akan meniru orang-orang kuat; sama halnya negara-negara lemah dan terjajah meniru negara-negara besar dan maju. Ketika yang dapat ditangkap oleh orang-orang berjiwa lemah itu adalah keburukan saja, maka mereka akan mengikuti keburukan. Namun saat mereka melihat keteladanan positif dari orang-orang kuat dan pejuang dakwah, itu pun akan mempengaruhi kehidupannya. Dan di sinilah letak pentingnya keteladanan.

saya Melihat
Peluang-peluang kita dari yang terkecil yaitu
Ketua RT/RW
Ketua PKK
Ketua Karang Taruna
dan sebagainya...

Kita harus masuk kedalam ruang-ruang itu
kita warnai dengan nilai-nilai Islam
ini adalah bagian dari dakwah kita

Kita berikan keteladanan disana
warna Islam yang Rahmat bagi Semesta Alam

ini juga berlaku pada profesi yang kita jalani
jadilah teladan dalam kebaikan.

Begitupula dalam Rumah Tangga kita
kita harus meanampilkan Rumah Tangga Islam
yang menjadi panutan lingkungan sekitar kita

Maka seorang Kader Dakwah
apa yang melekat pada dirinya
adalah Keteladanan

kita bercermin pada sejarah
bahwa
Dai-dai Islam, seperti Hasan Al-Banna, Abul A'la Al-Maududi, dan tokoh-tokoh lain serta gerakan-gerakan Islam telah memberikan keteladanannya dalam jalan dakwah, dan hasilnya bisa dirasakan umat ini.

Meneladani jejak Rasulullah SAW,inilah yang seharusnya dilakukan setiap kader dan jama'ah dakwah menjadi teladan bagi mad'u-nya, menjadi teladan bagi umat yang didakwahinya.

nah kerja-kerja kita
dalam dakwah ini
adalah terus menerus untuk Indonesia Baru
dan kejayaan Umat Islam ini.

Maka Teruslah bergerak kawan
jadilah Teladan.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar