Kita sedang meletakkan pondasi kokoh untuk bangunan besar yang merupakan
mega proyek dakwah. Peletakan dasar pondasi setiap bangunan adalah
tahapan paling krusial dan sulit dalam proses pembangunan sebuah
bangunan. Sedangkan bangunan yang hendak dibangun itu adalah daulah
islamiyah, khilafah islamiyah. Tetapi kita tidak menginginkan daulah
atau khilafah yang sekedar simbol tanpa substansi. Juga bukan daulah
atau khilafah rapuh yang sekali berdiri kemudian dengan mudah dirobohkan
kembali, diporakporandakan musuh-musuh Islam.
Daulah dan
khilafah itu haruslah islamiyah, dengan segala makna yang ada pada kata
Islam. Itu berarti sebuah tata dunia baru yang rahmatan lil 'alamin. Itu
berarti peradaban yang kuat untuk mempertahankan eksistensinya dari
segala upaya destruktif yang hendak menghancurkannya. Karenanya, ia
harus dibangun dari individu, keluarga, masyarakat, dan pemerintahan
yang sehat, kokoh dan tangguh.
Berangkat dari pemikiran inilah,
maka qudwah (teladan) di jalan dakwah menjadi sangat urgen. Untuk
peletakan pondasi itu kita membutuhkan individu muslim teladan, rumah
tangga muslim teladan dan masyarakat muslim teladan sehingga
pemerintahan Islam teladan berdiri tegak di atas pondasi yang kokoh,
kemudian meluas di level seluruh umat Islam. Setelah itu, berdirilah
pemerintahan-pemerintahan Islam yang bersedia masuk dalam perdamaian
dengan pemerintahan Islam lain seperti dirinya dalam rangka membentuk
Daulah Islamiyah.
Syaikh Musthafa Masyhur juga menjelaskan
berbagai profesi agar menjadi teladan. Diantaranya adalah guru/dosen
muslim teladan, wartawan muslim teladan, penulis muslim teladan, dokter
muslim teladan, praktisi hukum muslim teladan, pedagang teladan, dan
karyawan teladan.
Sebelum menjelaskan karakter-karakter teladan
pada tiap subyek di atas, Syaikh Musthafa Masyhur mengawali dalam
bukunya dengan "teori keteladanan." Bahwa manusia yang diberi nikmat
indra dan akal oleh Allah SWT bisa mendapatkan petunjuk dan keteladanan.
Dan, umunya setiap dakwah dan seruan akan lebih efektif ketika ada
keteladanan aplikatif. (qudwah amaliyah).
Teori lain yang
ditulis di awal itu adalah kebiasaan orang lemah meniru orang kuat.
Teori ini sejalan dengan teorinya Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah. Sepeti
anak kecil yang meniru orang dewasa, demikianlah orang yang lemah
pendirian akan meniru orang-orang kuat; sama halnya negara-negara lemah
dan terjajah meniru negara-negara besar dan maju. Ketika yang dapat
ditangkap oleh orang-orang berjiwa lemah itu adalah keburukan saja, maka
mereka akan mengikuti keburukan. Namun saat mereka melihat keteladanan
positif dari orang-orang kuat dan pejuang dakwah, itu pun akan
mempengaruhi kehidupannya. Dan di sinilah letak pentingnya keteladanan.
saya Melihat
Peluang-peluang kita dari yang terkecil yaitu
Ketua RT/RW
Ketua PKK
Ketua Karang Taruna
dan sebagainya...
Kita harus masuk kedalam ruang-ruang itu
kita warnai dengan nilai-nilai Islam
ini adalah bagian dari dakwah kita
Kita berikan keteladanan disana
warna Islam yang Rahmat bagi Semesta Alam
ini juga berlaku pada profesi yang kita jalani
jadilah teladan dalam kebaikan.
Begitupula dalam Rumah Tangga kita
kita harus meanampilkan Rumah Tangga Islam
yang menjadi panutan lingkungan sekitar kita
Maka seorang Kader Dakwah
apa yang melekat pada dirinya
adalah Keteladanan
kita bercermin pada sejarah
bahwa
Dai-dai Islam, seperti Hasan Al-Banna, Abul A'la Al-Maududi, dan
tokoh-tokoh lain serta gerakan-gerakan Islam telah memberikan
keteladanannya dalam jalan dakwah, dan hasilnya bisa dirasakan umat ini.
Meneladani jejak Rasulullah SAW,inilah yang seharusnya
dilakukan setiap kader dan jama'ah dakwah menjadi teladan bagi
mad'u-nya, menjadi teladan bagi umat yang didakwahinya.
nah kerja-kerja kita
dalam dakwah ini
adalah terus menerus untuk Indonesia Baru
dan kejayaan Umat Islam ini.
Maka Teruslah bergerak kawan
jadilah Teladan.....
Sabtu, 08 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar